rss

21/07/10

Papua akan dilanda gempa sebesar aceh?

Jakarta - Gempa
besar kembali mengguncang
Papua akhir pekan lalu.
Pakar menilai wilayah itu
sedang di siklus 15 tahun
sehingga akan sering terjadi
gempa besar. Lalu apakah
gempa Papua akan bisa
sebesar Aceh?
Setelah beberapa pekan lalu
diguncang gempa, Jumat (16/7)
rangkaian gempa kuat kembali
mengguncang Papua. Gempa itu
menewaskan sedikitnya tiga
orang, memicu tanah longsor
dan menghancurkan belasan
rumah.
Gempa juga menimbulkan
peringatan tsunami membuat
warga panik dan mengungsi ke
tempat bangunan yang lebih
tinggi. Gempa berkekuatan 7,0
skala richter (SR) berpusat 18
mil (29 km) di bawah dasar laut
dan 125 mil (195 kilometer) di
lepas pantai utara Provinsi
Papua, seperti dilansir Survei
Geologi AS di situsnya.
Lalu mengapa wilayah ini terus
menerus diterjang gempa?
Associate Profesor di Jurusan
Teknik Geofisika ITB Teuku
Abdullah Sanny mengatakan
kawasan Papua saat ini
memang sedang dalam tahap
klimaks terjadinya gempa.
" Memang sedang aktif di mana
lempeng Pasifik terus menabrak
lempeng Eurasia. Ada siklus di
mana umumnya terjadi tiap 15
tahun. Rata-rata kecepatan 6
cm per tahun. Tapi pada masa
puncak bisa jadi 7 cm per
tahun," ujarnya saat dihubungi
dari Jakarta, kemarin.
Sanny mengatakan tiap bulan
bisa terjadi 100 kali gempa,
dengan setiap hari bisa terjadi
5 sampai 3 kali atau 2 kali
seminggu.
" Ini memang wajar
terjadi karena struktur
lempengan Papua seperti itu.
Akibat tegangan yang terjadi
terus menerus, maka akan
memicu energi,
" jelas Sanny.
Wilayah di Papua yang rentan
gempa, menurut Sanny adalah
di kawasan Papua Utara.
Lempengan di lokasi itu terus
bergerak dari timur ke barat di
wilayah sepanjang patahan.
Patahan Yapen yang membelah
Papua dari barat ke timur bisa
menyebabkan banyak getaran
di sepanjang kepala burung.
Selain itu juga bisa terjadi di
antara pertengahan Papua
yang membelah dari utara ke
selatan.
" Papua utara juga lebih
dominan karena mendekati
jalur patahan dan berada di
posisi dekat kota,
" katanya.
Pakar gempa ITB Sri
Widiyantoro mengatakan
bahwa Papua memang daerah
rawan gempa. Selain wilayah
Jawa, Sumatera dan Bali, Papua
memang area rawan gempa
karena dilewati beberapa
lempeng yaitu lempeng
Australia, Pasifik Barat, dan
lempeng Asia.
Widiyantoro membenarkan
dalam beberapa waktu ke
depan, akan terjadi gempa
susulan. Menurutnya, gempa
memang memiliki siklus.
Semakin lama waktu tunggu
untuk mengumpulkan energi
maka energi yang dikeluarkan
juga besar.
" Akhir-akhir ini memang
banyak gempa yang cukup
besar. Ini seperti efek domino
di mana lempengan lain akan
ikut terpicu akibat gerakan
lempeng di sekitarnya.
Sehingga berpotensi merembet.
Kemungkinan untuk itu
memang cukup besar,
" ujar
Widiyantoro.
Meskipun begitu bagi
masyarakat Indonesia,
khususnya Papua, Widiyantoro
meminta untuk tidak perlu
khawatir. Tidak semua gerakan
langsung memicu gerakan lain
karena ada tahap-tahap
tertentu.
" Untuk Papua misalnya,
meskipun sesar Yapen berada
di dekat sesar Sorong namun
kemungkinan trigger Sorong
sangat kecil karena sesar
Sorong lebih besar daripada
sesar Yapen,
" ujar Widiyantoro.
Untuk membangkitkan gerakan
lempengan lain, perlu energi
yang sangat besar, tambahnya.
Lalu apakah gempa Papua bisa
sebesar Aceh? Abdullah Sanny
mengatakan meskipun jumlah
gempa di kawasan Papua tinggi
tapi tidak akan separah Aceh.
"
Saya kira tidak sebesar Aceh.
Aceh sangat istimewa,"
katanya.
Ia menjelaskan jika gempa
dilepaskan terus menerus,
energinya tidak terakumulasi.
Tapi, jika dalam jangka waktu
20 tahun terus berhenti maka
hal itu malah berbahaya.
" Dilepaskan seperti sekarang
(Papua) itu malah bagus karena
tidak menyimpan energi yang
besar,
" katanya
Menurut Widiyantoro
berdasarkan data historis,
Sumatera punya kemungkinan
terjadi gempa besar lebih
banyak dibandingkan Papua.
"
Secara historis di Sumatera
mencapai Magnitudo hingga 9
SR. Sumatera di dominasi
tubrukan di mana usia
lempengan lebih muda,
" ujar
Widiyantoro.
Lempengan lebih muda
cenderung landai dibandingkan
lempengan tua yang menyusup
hingga membuat sudut lebih
curam. Semakin landai
lempengan, akan lebih dekat
dengan permukaan sehingga
efek gempa lebih terasa di
masyarakat.
" Sebaliknya, jika terjadi di
lempengan tua, tempat kejadian
berada jauh di permukaan
karena mereka menyusup
curam. Jadi, meskipun kekuatan
gempa besar karena berada
jauh di dalam tanah tapi tidak
terlalu terasa oleh masyarakat,"
ujarnya lagi.

0 komentar:

 

Label

Pengikut