rss

15/08/10

PERSEBAYA SIAP DICORET PSSI

Kompetisi Uga Super Indonesia
musim 2009/2010 ibarat pil
pahit yang harus ditelan
Persebaya Surabaya bulat-bulat.
Mimpi membangun kembali
kejayaan klub di kompetisi
tertinggi Tanah Air seperti
masa silam buyar setelah gagal
menembus rumitnya kompetisi
dan perseteruan dengan para
petinggi Persatuan Sepak Bola
Seluruh Indonesia. Bajul Ijo pun
harus kembali bergulat di Divisi
Utama.
Tak ada yang aneh jika
Persebaya terdegradasl karena
faktor kalah poin oleh peserta
lainnya melalui sebuah
kompetisi yang utuh dan adil.
Arema Indonesia, juara Uga
Super, saja mengumpulkan 73
poin dari 34 kali bertanding.
Persela Lamongan mampu
bertahan di posisi ke-14
dengan mengoleksi 42 poin.
Sedangkan Persebaya hanya
mampu mengumpulkan 36 poin
dan menempati posisi ke-17.
Namun tersingkirnya Persebaya
ini masih menyisakan tanda
tanya besar mengenai
kewarasan PSSI.
Persebaya memang seperti
musuh besar PSSI setelah Ketua
Pengurus Cabang PSSI
Persebaya Saleh Ismail Mukadar
berusaha membongkar kasus
pungutan liar yang terjadi di
tubuh peradilan PSSI. Saleh juga
kritis serta selalu
berseberangan dengan Ketua
Umum PSSI Nurdin Halid dan
Ketua PSSI Jawa Timur Haruna
Sumitro. Belakangan,
kepengurusan Saleh dibekukan,
dan PSSI membentuk susunan
pengurus yang baru di bawah
komando Wisnu Wardhana,
yang juga Ketua Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah
Surabaya.
Persebaya pun mendapat
petaka pada akhir kompetisi
setelah dinyatakan kalah
walkover karena tak datang ke
pertandingan ulang melawan
Persik Kediri di Stadion Gelora
Sriwijaya, Palembang, 8
Agustus lalu. Ini adalah klimaks,
dari masalah Persebaya
setelahbersikap kritis terhadap
PSSI. Persebaya mungkin tak
terdegradasi jika PSSI
menjalankan regulasinya secara
benar.
Semua berawal dari kegagalan
Persik menjamu Persebaya di
Stadion Brawijaya, Kediri, pada
29 April karena tidak mendapat
izin dari pihak kepolisian. Sesuai
dengan aturan Manual Uga,
Komisi Disiplin PSSI
menjatuhkan hukuman kalah
walkover 0-3 dan denda
sebesar Rp 25 juta terhadap
Persik. Dengan tambahan tiga
poin, Persebaya bakal aman
atau minimal menjalani playoff
untuk bertahan di Uga Super.
Namun Persik, yang juga
tengah berkutat di zona
degradasi, melakukan upaya
banding. Padahal Komisi Disiplin
jelajelas menyatakan
hukumannya tidak bisa
dibanding. Ternyata
permohonan Persik dikabulkan
oleh Komisi Banding PSSI, yang
juga memerintahkan kedua tim
melakukan tanding ulang.
Persik, yang mendapat
kesempatan keduanya pada 5
Agustus, kembali gagal
menyelenggarakan
pertandingan ulang, yang
akhirnya diambil alih oleh
Badan Uga Indonesia.
Persebaya lantas menuding Uga
Super sudah diintervensi dan
ada upaya melakukan
kecurangan untuk
menyingkirkan mereka. "Kami
menduga Uga sudah
diintervensi orang dalam PSSI
yang punya kepentingan agar
Persebaya tersingkir. Cara yang
mereka gunakan ini sangat
kotor,* kata Manajer Persebaya
I Gede Widiade saat melapor ke
Komisi Disiplin.
Kecurangan itu, menurut Gede,
terjadi saat pertandingan
dipaksa tetap dilangsungkan
setelah tak dapat
diselenggarakan pada 5
Agustus, padahal dua hari
sebelumnya kepolisian Kediri
mencabut izinnya demi
keamanan. Panitia
pertandingan, menurut Gede,
juga sudah membuat surat
pemberitahuan ke Badan Uga
Indonesia bahwa mere-ka tidak
bisa menyelenggarakan
pertandingan.
"Jelas tertulis bahwa mereka
tidak sanggup
menyelenggarakan
pertandingan dan polisi juga
belum mencabut larangannya.
Kami pun mendapat surat
tembusan itu, saya pegang
barang buktinya. Tapi ada yang
aneh ketika lokasi pertandingan
justru dipindahkan, dan Persik
tidak dinyatakan kalah," kata
Gede.
Gede memastikan panitia
penyelenggara pertandingan
belum mencabut surat
ketidaksanggupan
menyelenggarakan
pertandingan. "Namun mereka
mengaku ada perintah dari
orang pusat di Jakarta bahwa
pertandingan harus tetap
dijalankan," kata Gede. "Kami
tidak ke Palembang karena
gagal dapat tiket pesawat,
waktunya mepet sekali."
Gede menyatakan pihaknya
tidak ambil pusing atas
tersingkirnya Persebaya dari
Uga Super dan musim depan
bermain di Divisi Utama. Gede
hanya ingin semua kecurangan
yang dilakukan PSSI bisa
terbongkar. "Kebobrokan PSSI
akan segera terungkap.
Jangankan degradasi, kami siap
kalau Persebaya dicoret dari
anggota PSSI. Kami sudah
punya banyak dukungan,
bahkan Jawa Timur pun
mendukung kami," kata Gede.
Kini Persebaya tinggal menanti
keputusan dari Komisi Disiplin
mengenai laporan mereka
tentang Persik. Komisi Disiplin,
yang merupakan bagian dari
lingkaran dalam PSSI, mendapat
tantangan besar untuk
menyelesaikan kasus ini. "Jika
perilaku Persik dan
pertandingan ulang di
Palembang itu dianggap sah,
mereka bertentangan dengan
keputusan sebelumnya. Kalau
itu yang terjadi, tidak ada lagi
yang diharapkan dari PSSI
untuk membangun kompetisi
yang bagus karena semuanya
bisa diatur seenaknya," kata
Gede.

0 komentar:

 

Label

Pengikut